#SadarDiri : KARENA KONTRIBUSI BESAR DIMULAI DARI DIRI SENDIRI

( Based on Survey Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia) Rasanya belum genap setahun yang lalu kabut asap berhasil melumpuhkan ...



(Based on Survey Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia)


Rasanya belum genap setahun yang lalu kabut asap berhasil melumpuhkan berbagai daerah di Indonesia, tahun ini siklus kabut asap kembali terulang. Bahkan tidak hanya melumpuhkan negeri sendiri, negeri tetangga pun ikut merasakan imbasnya. Karena terlalu parah, bahkan Singapura mengambil kebijakan yang cukup sensasional dengan menghentikan pasokan impor barang-barang dari Indonesia yang disinyalir memiliki kaitan dengan isu kebakaran hutan di Riau. Kontroversial, tapi cukup kuat menjadi tamparan bagi Indonesia.

Ironisnya, meski telah menjadi sebuah siklus tahunan di Indonesia, warga Indonesia terkesan tak berdaya akan kebakaran (saya lebih suka menyebutnya pembakaran) hutan. Padahal bencana kabut asap ini bukan hanya telah merugikan lingkungan hidup saja, namun telah berdampak langsung pada transportasi, kesehatan, pendidikan, hingga ekonomi.

Jika memang kabut asap telah menjadi sebuah siklus, bukankah seharusnya kita sudah hafal dan siap mengantisipasi jika hal tersebut terulang kembali ? Nyatanya, siklus yang sama kembali berulang dari tahun ke tahun. Sebuah fakta yang cukup janggal untuk dimasukkan ke dalam logika. 

Sebagaimana yang ditulis di situs Greenpeace (www.greenpeace.org) , sebuah fakta mengejutkan akhirnya terkuak. Pertengahan bulan Februari tahun lalu, komunitas Greenpeace Riau mendatangi kembali lokasi kebakaran hutan tahun lalu di Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Apa yang terjadi? Di lokasi yang setahun silam menjadi salah satu sumber kabut asap tersebut, kini telah bertransformasi menjadi perkebunan kelapa sawit. Deretan pohon sawit berusia kurang dari setahun tertanam rapi. Di salah satu titik berdiri pos keamanan yang di dindingnya tertulis nama sebuah perusahaan. Kebakaran hutan setahun yang lalu, pohon kelapa sawit berusia kurang setahun, dan pos sekuriti dengan nama sebuah perusahaan, adalah tiga hal yang cukup untuk ditarik sebuah kesimpulan dan menjawab segala pertanyaan janggal sebelumnya.

Oleh karena itu, siklus kabut asap ini harus dihentikan. Masalahnya adalah, kebanyakan remaja (termasuk saya) cenderung labil dalam mengambil keputusan. Belakangan ini seringkali saya melihat teman-teman saya memposting di akun media sosialnya, baik berupa meme, foto maupun quote tentang kebakaran hutan. Mereka saling menunjuk dan saling menyalahkan. Beberapa dari mereka saya tanya secara acak seputar kasus tersebut dan jawabannya sudah dapat ditebak. Mereka tidak benar-benar paham terhadap permasalahan yang ada. Mereka masih terjebak dalam drama-drama yang diciptakan oleh segelintir orang. Ingin terlihat lebih peduli, yang ada malah aksi kosong tak berarti. 

Karena terlalu lama geram melihat tingkah rekan-rekan saya di media sosial, saya membuat survey kuesioner. Respondennya cukup banyak, 275 orang. Pertanyaan yang saya ajukan cukup sederhana, terkait intensitas pemakaian produk yang berkaitan dengan kelapa sawit dalam keseharian mereka. Jawaban yang saya dapatkan pun cukup mencenangkan (selengkapnya dapat dilihat di infografis). Sebanyak 91 % mahasiswa belum mengetahui apa itu RSPO. Artinya, hanya sekitar 9 % dari sample atau setara dengan 25 orang saja yang mengetahui apa itu RSPO. Selanjutnya, 67 % mahasiswa masih memilih menggunakan tissue daripada membawa sapu tangan dari rumah ; 71 % mahasiswa masih suka mengkonsumsi gorengan ; 69 % mahasiswi menggunakan lipstik ketika berangkat ke kampus. Dari semua data survey yang cukup mengejutkan, masih ada satu lagi hal yang paling mencenangkan yaitu : sebanyak 89 % dari total responden mengaku tidak mengetahui hubungan antara pertanyaan-pertanyaan tadi dengan kasus kabut asap yang selama ini mereka gembor-gemborkan di media sosial. Artinya, hanya 11 % atau 29 orang yang benar-benar paham bahwa setiap hal kecil dari yang mereka lakukan bisa jadi bentuk peran mereka dalam keterlibatan terhadap kasus kabut asap di Riau. Ironis sekali bukan ?

Dalam hukum ekonomi, sebuah supply tidak mungkin terjadi jika tidak ada demand. Hal inilah yang seharusnya menjadi fokus kita sebagai manusia yang intelektual. Dari awal seharusnya yakin, bahwa sebenarnya peran kunci dalam penyelesaian asap ada di tangan kita masing-masing. Berhenti menyalahkan orang lain, mulai dengan intropeksi diri. Kurangi hal-hal yang membuat demand akan barang-barang yang berhubungan dengan kelapa sawit meningkat. Bukan menghentikan sama sekali, tapi mengurangi. Sekarang, sudah mulai banyak produk-produk yang telah bersertifikasi RSPO (Certified Sustainable Palm Oil) yang dapat kita temui di pasaran. Dengan memakai produk-produk yang telah bersertifikasi tersebut, kita telah memancing para produsen-produsen lain untuk mulai beralih ke gaya hidup sehat dengan memakai produk-produk yang berlabel RSPO. Disinilah peran pemuda sebagai Power of Trendsetter berjalan secara positif dan bermanfaat, tidak hanya sekedar adu sebar meme dan quote yang tidak bertanggung jawab di media sosial.

Cukup dengan melakukan intropeksi terhadap diri sendiri, banyak sekali hal yang dapat kita selamatkan. Tidak hanya kebakaran hutan, tapi juga keseimbangan alam, kelestarian lingkungan, perlindungan satwa, dan pola konsumen yang hemat dan bijak. Jika masing-masing dari kita mulai menyadari betapa pentingnya intopeksi dan berhenti untuk saling menyalahkan, saya yakin dua atau tiga tahun lagi siklus drama kebakaran asap ini akan berhenti, karena perusahaan menyadari bahwa konsumen sudah mulai cerdas. Produsen pun akhirnya sadar dan turut serta mengambil peran dalam membuat produk yang tidak hanya berkualitas, tapi juga memikirkan kesinambungan terhadap alam. Jadilah konsumen yang cerdas dan bertanggung jawab, yang tidak hanya berkoar lalu sembunyi tangan. Hal kecil semacam inilah yang membuat perubahan besar bagi Indonesia.

Karena untuk hidup bermanfaat, tidak perlu menunggu jadi hebat.



Salam Konsumen Bijak,



Dimas Putra Permadi
Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia 2015

<span data-sociabuzz-verification="5b84db5d" style="display: none;"></span>

You Might Also Like

13 comments

  1. Semoga dari tulisan ini bisa berkontribusi buat perubahan nyata di Indonesia ya

    ReplyDelete
  2. Saya sangat setuju dengan anda. Kebanyakan dari kita hanya sok peduli tetapi tidak ada gerakan. Marilah kita mulai konsumsi produk RSPO sebagai bukti dari kepedulian kita akan kebakaran hutan!

    ReplyDelete
  3. Tulisan yang bagus ��

    Mungkin artikel ini bisa diteruskan dengan artikel yang berisi tentang bentuk nyata lain yang bisa dilakukan -- baik oleh masyarakat umum, pemilik perusahaan, maupun pemerintah -- dalam menangani dan mencegah bencana asap rutin ini, ya.

    Seperti kata Jakob Soemardjo, "Keinginan dan pemikiran tak mengubah kehidupan, kecuali Anda mewujudkannya dalam tindakan.". Semoga ke depannya, kita sebagai mahasiswa lebih peduli, melek, dan memahami secara komprehensif hal-hal yang terjadi di sekitar kita.

    Godspeed.

    ReplyDelete
  4. Tulisannya bagus dan sangat informatif 👍
    Semoga tulisan ini bisa menginspirasi masyarakat utk lebih memahami lifestylenya terutama terkait dengan masalah kabut asap ini.

    ReplyDelete
  5. Setuju, terus menginsirasi dimas. Semoga dengan artikel ini mata bangsa bisa terbuka lebar atas apa yang sepatutnua dilakukan.

    ReplyDelete
  6. Setuju, terus menginsirasi dimas. Semoga dengan artikel ini mata bangsa bisa terbuka lebar atas apa yang sepatutnua dilakukan.

    ReplyDelete
  7. Bagus dan sangat informatif sekali tulisannya, semoga semakin banyak orang yang dapat melihat ini dan dapat melakukan hal-hal yang seharusnya dilakukan.
    Sukses selalu Dimas!

    ReplyDelete
  8. Artikel yang cukup untuk memberi tamparan terhadap pemuda yang hanya pura-pura peduli atau peduli tanpa melakukan tindakan.
    Lanjutkan karya mu!

    ReplyDelete
  9. artikelnya bagus, menarik dan informatif. membuat mata para pemuda terbuka untuk peduli terhadap sekitar.
    Goodluck&Sukses selalu!

    ReplyDelete
  10. Tulisan yang bagus. Inspiratif dan menarik. Lanjutkan!

    ReplyDelete
  11. Bergegas dan beraksi mulai dari pribadi
    Good article :)

    ReplyDelete
  12. semoga bisa jadi langkah konkrit kedepannya ya dimas :)

    ReplyDelete
  13. Setuju banget sama artikel ini, semoga orang-orang yang baca juga bisa ikut sadar dan sedikit demi sedikit merubah lifestyle-nya..

    Semoga sukses ya, Dimas!

    ReplyDelete

Flickr Images