Mendung di penghujung jiwa.

Tuhan memberi, tanpa saya meminta. Tuhan menganugerahi, tanpa pernah minta diberi. Tuhan mengabulkan, tanpa pernah saya harapkan. Kenapa ...

Tuhan memberi, tanpa saya meminta.
Tuhan menganugerahi, tanpa pernah minta diberi.
Tuhan mengabulkan, tanpa pernah saya harapkan.

Kenapa saya ?
Kenapa harus saya ?
Mengapa hanya saya ?
Sayapun tak tau jawabannya.
Sedangkan hingar bingar dunia memojokkan keberadaan saya.

Beberapa orang menilai ini anugerah.
Beberapa orang menilai ini bencana.
Beberapa orang menganggap ini pilihan.
Beberapa orang menganggap ini ancaman.

Lalu kemana saya harus bertempa ?
Sedangkan kemunafikan dunia tiada habisnya.
Mereka hanya bisa mengatakan salah.
Tanpa pernah tau bagaimana rasanya manjadi saya.
Rasanya menjadi kami.
Rasanya menjadi sekumpulan orang yang tak pernah diharapkan.

Saya tidak pernah memilih.
Kami tidak pernah memilih.
Tapi tuhan yang memilih kami.
Tuhan yang menganugerahkan kami.
Lalu apakah kami masih harus berlari ?
Hanya demi jati diri di sebagian mata pribumi ?
Atau aku harus mengakui ? Mempublikasi ? Sesuatu yang mungkin amat sulit kuakui.

Jangan salahkan saya.
Jangan salahkan kami.
Jangan salahkan sebagian dari kami.
Kami manusia biasa.
Sama seperti kalian semua.
Hanya saja kami sedikit berbeda.
Sedikit.
Sedikit saja.

Terima kami.
selayaknya kalian sanggup menerima manusia-manusia lain di muka bumi.


-if you know what i mean-
13 Agustus 2013
03:15
Ketika air mata turut menghujani tulang pipi yang lebam.

You Might Also Like

1 comments

  1. Ha hu ha hu ha hu hihihihihi. Beralih ke full-pencitraan ya dims? Tapi overall, kereeeeen lhooo. (y)

    ReplyDelete

Flickr Images