SURAT UNTUK JOKOWI : KAJI ULANG SKEMA UNAS DEMI OBJEKTIVITAS
21:53WARNING !!
Artikel ini dibuat bukan dengan maksud untuk mengajak memilih calon presiden tertentu, atau kampanye terselubung atau apa. saya bukan fans jokowi. Artikel ini saya posting untuk mengikuti lomba surat untuk jokowi yang diadakan salah satu panitia lomba. terima kasih, selamat membacaaa :))))
--------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalammualaikum Wr Wb,
Bapak Joko Widodo yang terhormat,
Sebelumnya saya menyampaikan rasa terima kasih yang besar
karena diberi kesempatan untuk menulis langsung kepada salah satu calon pembawa
tongkat estafet kemajuan bangsa Indonesia, bapak Jokowi.
Perkenalkan pak, saya Dimas putra permadi. Saya bukan
siapa-siapa. Saya hanya seorang pelajar di sebuah SMA Negeri di Kab.Sidoarjo yang
masih mengenakan setelan seragam putih abu-abu. Melalui surat ini, saya hendak
menanyakan bagaimana komitmen bapak jika terpilih menjadi presiden nanti
terkait dengan masalah-masalah klasik yang membuat kami, para pelajar sering
gelisah dan gundah. Perasaan ini tidak dibuat-buat, melainkan timbul dari
sanubari kami sebagai seorang pelajar dan saya rasa hal ini terus
mendarah-daging dari generasi ke generasi.
Saya langsung to-the-point saja pak. Permasalahan yang ingin saya tanyakan adalah
seputar dunia pendidikan Indonesia. Saya tidak mau bertanya yang muluk-muluk. Saya hanya ingin bertanya
tentang apa yang ingin saya tanyakan yaitu perkembangan sistem Ujian Nasional
yang boleh saya katakan dewasa ini makin lama kok makin njlimet.
Pertama yang saya soroti adalah fungsi
utama Ujian Nasional. Pada Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 66 ayat (1) berbunyi : Penilaian hasil belajar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir c bertujuan untuk menilai
pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentudalam
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk
Ujian Nasional.
Yang
membuat saya bingung adalah, bagaimana bisa ujian nasional dijadikan sebagai
bahan penilaian pencapaian kompetensi lulusan secara nasional sedangkan proses
belajar mengajar di setiap daerah di Indonesia berbeda ? Kita memiliki daratan
yang luas dan tidak semua daerah terkover pendidikan yang memadai. Jadi menurut
saya Ujian Nasional tidak sesuai jika didasarkan pada tujuan diatas. Hal ini
pula yang menyebabkan beberapa daerah tertentu selalu langganan peringkat buncrit setiap kali pelaksanaan Ujian
Nasional. Kalau saya pribadi, saya lebih menyukai sistem UASBN SD dimana soal
dibuat oleh masing-masing provinsi. Hal ini lebih fair dan tidak merugikan pihak manapun. Bagaimana menurut bapak ?
Kedua,
yaitu penambahan fungsi Ujian Nasional tingkat SMA di tahun 2014 ini. Yaitu
sebagai salah satu factor untuk pertimbangan dalam Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur undangan dengan catatan bobot soal sulit
akan semakin meningkat. Jujur saja sebelumnya saya menyambut antusias ide ini
karena mau tidak mau dengan demikian para pelajar lebih mempersiapkan dirinya
secara matang. Akan tetapi pada realisasinya yang membuat saya kecewa adalah pernyataan
dari hampir semua tenaga pendidik di PTN menyatakan hanya menggunakan bobot
unas sekitar 5-10 % saja. Coba banyangkan pak, jika hanya 5-10 % lalu
mengorbankan naiknya bobot soal sulit saya rasa ini tidak fair. Disini siswa yang dirugikan. Jika hanya 5-10 % saja yang
digunakan, lebih baik unas tidak dipakai sama sekali dan bobot soal
dikembalikan seperti semula. Itu menurut saya, bagaimana menurut bapak ?
Yang
ketiga, saya mohon bapak bersama menteri pendidikan baru yang terpilih nanti
untuk mengkaji kembali jumlah mata pelajaran yang harus dituntaskan peserta
didik selama mengenyam bangku sekolah. Di sekolah saya saja, untuk bisa naik
kelas, semua nilai mata pelajaran harus diatas KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal). Apa artinya ? artinya kami sebagai seorang murid dituntut untuk menguasai 17 mata pelajaran sekaligus. Hebat
sekali bukan pak pelajar Indonesia ? Jika bapak terpilih nanti mohon tindakan
nyata bapak terkait hal ini. Kami hanya pelajar biasa pak, yang belajar untuk menjadi pintar, bukan dituntuk untuk menjadi pintar. Coba dibandingkan dengan guru, guru
matematika saya yakin hanya menguasai matematika. Begitu pula dengan guru
ekonomi, geografi dan lainnya. Harapan saya biarkan murid yang menentukan beban
studinya karena saya yakin hanya murid itu sendiri yang paham betul ilmu apa
yang substansional untuk digunakan ke program studi yang akan diambilnya di
perguruan tinggi kelak.
Saya
mohon tanggapan dan partisipan bapak dalam bentuk nyata jika terpilih menjadi
presiden kelak. Semoga bapak bisa membawa tongkat estafet pergerakan bangsa ke
arah yang lebih baik.
Akhir
kata, Terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya dan juga saya
sampaikan terima kasih juga kepada Bapak Joko Widodo yang telah sudi membaca
surat saya dan mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan kata baik yang
disengaja maupun tidak.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Salam Kerja, Kerja, Kerja !
-dims-
0 comments